altmantransportlogistics.com – Kementerian Kesehatan akan datang menjadikan temulawak Indonesia setara dengan ginseng Korea Selatan yang digunakan berani dibayar mahal industri obat hingga wisatawan mancanegara. Kira-kira gimana ya caranya?
Direktur Ketahanan Kefarmasian juga Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Roy Himawan menjelaskan jika temulawak merupakan satu dari 17.000 tanaman obat potensial pada Indonesia yang bisa saja dikembangkan.
Tapi Roy, mengakui untuk bisa jadi mengembangkan 17.000 tanaman obat yang butuh tenaga kemudian bidang usaha yang dimaksud besar dikarenakan cenderung menantang, tapi Kemenkes sudah melakukan survei ada 15 tanaman obat yang dimaksud sangat potensial, juga salah satunya yaitu temulawak.
“Jadi kita dorong peneliti bisa saja lebih banyak mengeksplor temulawak, yang digunakan kita pengen jadikan hal yang dimaksud setara dengan ginsengnya Korea atau China. Jadi kalau orang tahu temulawak, oh (langsung tahu dari) Indonesia,” ujar Roy dalam acara konferensi HPTLC Association Indonesia Chapter di tempat Cikini, Jakarta Pusat beberap waktu lalu.
Roy juga menambahkan, peluang temulawak layak diekspor akibat saat ini sudah digunakan sejak zaman dulu di tempat masa nenek moyang, bahkan sudah komersialisasi oleh industri. Bahkan dari sisi petani, sudah banyak di dalam pedesaan yang tersebut menginvestasikan temulawak.
“Dari sisi kegiatan ekonomi industri udah banyak komersialisasi komoditas ini. Jadi ini menunjukan kalau kita blow up semuanya, akan lebih besar mudah mencapai status sebagaimana ginseng di tempat Korea,” papar Roy.
Selain itu, meskipun belum terbukti secara ilmiah juga belum banyak peneliti yang tersebut membedah hal yang digunakan sama. Temulawak juga berpotensi lalu bermanfaat digunakan sebagai obat pelindung hati alias hepatoprotektor.
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dimaksud dapat memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang tersebut ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia kemudian virus.
“Manfaat salah satunya temulawak itu hepatoprotektor, yaitu pelindung organ hati, ketika pasien kanker harus menerima obat kimia terapi kanker, melalui organ dalam lainnya, suplemen temulawak itu berpengaruh untuk menjaga kesehatan hati,” tambah Roy.
Potensi temulawak juga diungkap President of Indonesia Chapter OF HPTLC Association Udayana University, bahwa herbal ini sudah diteliti peneliti luar negeri seperti di area Korea Selatan, yang dimaksud akhirnya bisa saja memberikan jaminan kualitas temulawak terbaik.
“Temulawak pada Korea paling mahal asalnya dari Semarang, akibat dia tahu di tempat situ kualitas terbaik, diteliti, sehingga kita percaya dengan kualitas yang dijaminkan oleh Korea,” ungkap ungkap ahli yang mana akrab disapa Prof. Gelgel itu.
Belajar dari fenomena temulawak terkenal di dalam Korea Selatan ini, sudah sepatutnya di dalam Indonesia juga terbentuk kepercayaan dengan jaminan kualitas yang dimaksud mirip di dalam Tanah Air, sehingga tak dianggap remeh oleh negara asalnya sendiri.
“Ayo, negara hadir untuk membangun kualitas, jadi nggak salah dari kementerian temulawak bisa jadi sehebat ginseng, nggak salah. Tapi kalau kualitasnya bener, nggak nipu-nipu kita percaya pada hasil kita,” tambah Prof. Gelgel lagi.
Ia juga menambahkan, bila nanti temulawak sukses sebagai salah satu tanaman obat. Akan masih banyak lagi tanaman obat potensial yang dimaksud bisa saja membangkitkan kekuatan perekonomian dari industri fitofarmaka, dan juga Indonesia bisa jadi lebih besar mandiri dalam industri obat-obatan.
“Kita kolaborasi untuk bangun menuju indonesia emas, kita punya kompetensi luas, yang dimaksud bisa saja jadi kekuatan sektor ekonomi kita sendiri, nggak tergantung oleh orang luar,” pungkas Prof. Gelgel.